TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR– Drs. Made Efo Suarmiartha, Msi selaku kepala LSM Yayasan Citra Usada Indonesia turut menghadiri acara Lokakarya forum Kader Desa Pedui Aids (KDPA) yang digelar diBPSDMProvinsi Bali, Kamis (5/9/2019).
Efo mengatakan, di Bali permasalahan terbesar soalHIV/AIDSadalah soal stigma negatif dan diskriminasi, terutama di wilayah pedesaan.
“Itu masih tetap ada, bahkan stigma negatif itu melekat saat siODHAini masih hidup maupun sudah meninggal, berkaitan dengann memandikan jenazah, jadi mitos kuat masih ada,” ujarnya.
Dengan stigma negatif dan diskriminasi masih melekat, maka ia berharap masyarakat mulai mengubah itu.
•Diet Vegetarian, Ini 16 Sumber Protein Tidak Hanya Tahu Tempe
•Inilah 5 Poin Revisi UU KPK yang Melemahkan Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
“Yang saya harapkan stigma masyarakat berubah menjadi seperti istilah umum di Bali ya “biase gen to”, artinya jangan dibesar-besarkan karena itu adalah hal yang biasa sama seperti penyakit-penyakit lainnya,” harapnya.
Efo mengungkapkan orang-orang yang terkena HIV/AIDS muaranya adalah kembali ke desanya masing-masing.
•UPDATE Rencana Pembangunan Bandara Bali Utara, Butuh Lahan 400 Hektare, Lokasi Ini Ditinjau
“HIV AIDS situasinya 90 persennya akhirnya pada pulang ke desa, nah ketika di ia desa itu diharapkan diberikan dukungan, motivasi dengan kader-kader peduliHIV/AIDSyang dibentuk melalui lokakarya ini,” katanya.
Ia mengatakan jikaKDPAsebenarnya sudah ada, sekarang tinggal memperkuat struktur dengan payung hukum yang kuat.