Dampak Makanan Cepat Saji bagi Risiko Depresi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diCollege of Alabama, Amerika Serikat, dan dipublikasikan hasilnya dalam jurnalNationwide Institutes of Health(NIH), dihasilkan fakta bahwa makanan cepat saji sering dianggap sebagai bahan makanan pilihan banyak orang karena lebih mudah diakses, memiliki harga yang terjangkau, mengenyangkan, dan memiliki rasa yang enak.
Sayangnya, para peneliti juga menyebut makanan cepat saji cenderung memiliki kandungan gula, lemak jenuh, kalori, serta natrium yang sangat tinggi. Sayangnya, karena memiliki rasa yang gurih dan nikmat, banyak orang yang akhirnya mengabaikan fakta tentang tingginya kandungan nutrisi yang belum tentu sehat tersebut.
Para peneliti menemukan sebuah fakta, yakni terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji biasanya terkait dengan pola makan yang jauh lebih buruk, khususnya dalam asupan serat yang lebih rendah. Hal inilah yang kemudian berimbas pada meningkatnya berat badan, risiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, hingga menyebabkan depresi.
Dalam penelitian yang dilakukan dengan melibatkan para partisipan berusia remaja ini, disebutkan bahwa para partisipan yang hobi mengonsumsi makanan cepat saji cenderung lebih rentan terkena gejala depresi. Mereka yang mengalami masalah psikis ini cenderung memiliki kadar natrium di dalam tubuh yang sangat tinggi namun memiliki kadar kalium yang rendah, sesuatu yang biasa terjadi pada orang-orang yang hobi mengonsumsi makanan cepat saji.