Jakarta, Beritasatu.com – Menyambut peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2019 pada 9 September mendatang, Neurobion melatih senam neuromove kepada 50 instruktur senam berpengalaman dari Jabodetabek Pelatihan ini bekerja sama Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO). Para instruktur senam akan mengajarkan senam neuromove ke masyarakat luas dengan target lebih dari 5.000 orang.
Dokter spesialis kedokteran olahraga dari PDSKO, dr Ade Tobing, mengatakan, kegiatan ini untuk mendukung gerakan masyarakat hidup sehat (germas) yang sedang digalakkan pemerintah. Peran para instruktur senam ini sangat penting untuk memperluas edukasi masyarakat secara langsung mengenai neuropati dan senam neuromove. Puluhan instruktur senam ini dibekali dengan informasi seputar neuropati dan pencegahannya melalui teori maupun gerakan senam neuromove.
“Setelah program pelatihan, para instruktur akan menjalani tahap kompetisi dengan mengajarkan pengetahuan tentang neuropati serta gerakan senam neuromove kepada masyarakat sekitar,” kata Ade di Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Menurut Ade, kegiatan sehari-hari tanpa disadari ternyata bisa membawa kita pada risiko kerusakan saraf tepi atau dalam medis disebut neuropati. Mereka yang terlalu lama mengetik dengan laptop, duduk di posisi yang sama selama berjam-jam, dan mengendarai motor dengan durasi lama lebih berisiko. Jika aktivitas tersebut dilakukan dengan posisi yang salah dan tidak diimbangi dengan latihan fisik, maka dapat menyebabkan gangguan saraf tepi.
Menurutnya, karena keasyikan mengetik dinotebook computerataumachinemembuat seseorang mengabaikan posisi duduknya. Padahal posisi membungkuk dan menunduk selama berjam-jam itu ternyata dapat mengganggu posisi tulang belakang, terutama bagian leher (servikal) yang terdapat saraf. Semakin tidak teratur posisi duduk, semakin tinggi tingkat keparahan pada tulang.
“Seharusnya posisi duduk itu selalu sejajar atau tegak lurus. Kalau pun posisi duduk salah lalu muncul rasa keram atau baal, maka harus segera diluruskan, paling lama dua jam harus ubah posisi,” kata Ade.
Kerusakan saraf tepi ditandai dengan gejala seperti kram atau kesemutan pada otot, nyeri, mati rasa sampai hilangnya kekuatan di tangan, lengan sampai punggung bawah ke bokong. Kondisi seperti ini jika diabaikan tentu semakin menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Untuk mencegah ini sangat disarankan melakukan olahraga rutin untuk melenturkan otot dan saraf, seperti aerobik dengan intensitas sedang serta peregangan (stretching). Aerobik bisa dilakukan selama 30 menit hingga 60 menit dalam sehari, danstretchingselama 10 menit per hari.
Oleh ahlinya, berbagai gerakan untuk melenturkan otot dan saraf ini digabung menjadi senam neuoromove. Senam ini merupakan latihan fisik yang didesain secara khusus untuk mengaktifkan sel-sel saraf, seperti gerakan menyilang batang tubuh, koordinasi bola mata, tangan, kaki, keseimbangan, dan fokus pada gerakanstretching.
Dengan gerakan ini menghindari cidera dan mencegah gejala neuropati. Gerakan senam neuromove berdurasi 30 menit, terdiri dari latihan pemanasan (aerobik, peregangan), gerakan inti, latihan keseimbangan, dan latihan pendinginan.
“Senam Neuromove ini dapat menjadi alternatif pencegahan neuropati yang mudah dilakukan kapan saja dimana saja,” tandas Ade.
Sumber : Suara Pembaruan