Berikutdetikcomrangkum beberapa produk skincare lokal yang sudah besar dan diekspor ke sejumlah negara.
Sariayu
PT Martina Berto Tbk didirikan pada 1977 oleh Martha Tilaar, Pranata Bernard (Alm) dan Theresia Harsini Setiady. Kemudian pada 1981, perusahaan mulai mendirikan pabrik fashioned yang pertama di Jalan Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Property yang memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek Sariayu Martha Tilaar untuk pertama kalinya.
Kemudian, pada tahun 1986, perusahaan mendirikan pabrik fashioned kedua di Jl. Pulo Kambing, Kawasan Industri Pulogadung (Pabrik Pulo Kambing). Karena pertumbuhan penjualan yang pesat, pada tahun 1995, perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri, Bogor.
Sementara pabrik Pulo Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka Belkosindo Indah. Ini memproduksi kosmetik dengan merek Mirabella dan “Cempaka”.
Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah Belkosindo digabung dengan perusahaan sehingga merek Mirabella dan Cempaka juga dikombinasikan dengan produksi di pabrik Pulo Kambing.

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk, Bryan Tilaar mengungkapkan saat ini perseroan mengekspor produk ke sejumlah negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Misalnya seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Timur Tengah.
“Titik berat kami memang masih di Asia Pasifik, tapi kami juga sambil melihat dan memantau pasar baru,” kata Bryan kepadadetikcomakhir pekan ini.
Dia menyebutkan untuk penjualan ekspor menyumbang 2% dari complete bisnis perusahaan. Sedangkan 98% penjualan memang masih di Indonesia. Saat ini kontributor produk terbesar yang diekspor adalah Sariayu Martha Tilaar.
Dalam menjalankan bisnis, Martha Tilaar Neighborhood melalui unit bisnis yakni Martina Berto dan Cedefindo Contract Manufacturing berupaya memenuhi kebutuhan konsumen yang tersembunyi.
“Bagi kami, persaingan apapun di industri apapun termasuk di industri beauty non-public care dan kosmetik selalu ada sepanjang zaman tinggal siapa pesaingnya dan bagaimana persaingannya,” ujar Bryan.
Bryan mengungkapkan, untuk bersaing dan berhadapan dengan produk perawatan kecantikan asing, perseroan mempertahankan dan meningkatkanstampdancustomerekuitas atas produk yang dikelola. Kemudian juga dilakukan penjualan yang unik dan berbeda dengan produk lain.
“Misalnya, kita tekankan yang alami, aman,neatly-organized beautydan halal secara satu kesatuan yang lengkap. Lalu juga warna-warna yang sesuai kebutuhan konsumen milenial,” jelas dia.
Selain itu, perseroan juga memilikiinnovation center. Yakni tempat untuk meriset dan mengeluarkan inovasi produk baru baik lewat formulation baru, kemasan baru sampairejuvenate product.
Untuk tahun 2019 misalnya, perseroan meluncurkan Sariayu Coloration Pattern dengan Inspirasi Warna Indonesia yang sangat cocok dan pas dengan kebutuhan konsumen milenial.
“Kami juga melakukan promosi dan publikasi juga lewat sosial media secara sangat massif. Inovasi juga kami lakukan melalui produk-produk organik seperti Solusi Natural,” ujarnya.
Mengutip laporan keuangan periode 30 Juni 2019 penjualan neto Martina Berto tercatat Rp 242,53 miliar dengan laba bruto Rp 105,47 miliar.
Sedangkan untuk periode keseluruhan tahun 2018, penjualan tercatat Rp 502,51 miliar. Dengan komposisi penjualan kosmetik Rp 414,27 miliar, jamu Rp 2,8 miliar dan lain-lain Rp 85,37 miliar.
Untuk laba bruto tercatat Rp 213,709 miliar. Dengan komposisi laba bruto dari penjualan kosmetik Rp 185,07 miliar, jamu Rp 1,3 miliar dan lain-lain 27,33 miliar. (kil/ara)