Untuk pembangunan fasilitas tersebut, perusahaan telah menganggarkan dana senilai Rp 150-Rp 200 miliar dan ditargetkan dapat rampung di tahun depan.
Company SecretaryTimah Abdullah Umar mengatakan saat ini perusahaan dalam penyelesaian prosesfeasibility stare(FS) atau studi kelayakan untuk mineral tanah jarang tersebut dan menyiapkan rencana penambangan.
“Sedang mulai pembangunan fasilitas oksidasi dari mineral tanah jarang. Sudah ada yang kita siapkan dananya, Rp 150 miliar-Rp 200 miliar tapikanitu sampai selesai,” kata Abdullah di Plaza Mandiri, Rabu (4/9/2019).
Dia menjelaskan, dana tersebut berasal dari dana obligasi dan sukuk yang beberapa lalu yang diterbitkan perusahaan. Adapun perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp 880 miliar dan sukuk sebesar Rp 313 miliar, sehingga total penerbitannya mencapai Rp 1,19 triliun.
Sebelumnya, manajemen perusahaan menyebutkan bahwa fasilitas yang dimaksud ini merupakan tahap pertama dari pengolahan mineral tanah jarang. Nantinya di tahap pertama ini akan digunakan untuk pengolahan monasit guna menghasilkan logam tanah jarang serta senyawa radioaktif berupa uranium dan thorium.
Perlu diketahui, senyawa logam tanah jarang yang dihasilkan adalahrare earth(RE)carbonateyang saat ini belum termasuk dalam produk logam yang boleh diekspor.
Logam tanah jarang ini sempat ramai pada awal tahun setelah berkecamuk perang dagang AS-China. Beijing sempat mengancam berhenti memasok tanah jarang ke AS. Mineral tanah jarang umumnya digunakan untuk membuat berbagai barang elektronika.
(tas/tas)