Sekretaris KPA Kota Bogor, Iwan Setiawan, Selasa (17/9) menyebutkan pada 2016 ada 751 kasus. Lalu, tahun berikut jadi 505 kasus. “Kemudian 2018 menurun lagi temuannya sebanyak 446 kasus,” katanya dalam diskusi bersama awak media di Kota Bogor, Jawa Barat seperti dikutip dariAntara.
Menurut dia, jika diakumulasikan jumlah penularan HIV di Kota Bogor sejak tahun 2005 sampai 2018 ada sebanyak 4.610 kasus. Sementara, penularan AIDS dalam rentang waktu yang sama ada sebanyak 1.815 kasus.
Sayangnya, angka penurunan itu tidak diimbangi dengan ketersediaan obat-obatan penderita HIV seperti antiretroviral (ARV ) fastened dose combination jenis tenovofir, lamivudine dan efaviren, serta ketersediaan alat pencegahan HIV seperti alat suntik steril.
“Ini menjadi perhatian KPA Kota Bogor, karena dengan ketidaktersediaan tersebut dikhawatirkan dapat menjadi pemicu kembali naiknya angka prevalensi penularan HIV di Kota Bogor,” kata Iwan.
Menanggapi hal itu, Focal Level Jaringan Indonesia Positif Kota Bogor, Ihsan Purnama di tempat yang sama meminta awak media berperan aktif dalam membantu penanggulangan HIV di Kota Bogor melalui pemberitaan.
“Seperti memberikan informasi situasi yang terkini adalah juga sebagai bentuk advokasi kepada pemangku kebijakan untuk dapat segera menyikapi situasi yang ada,” kata Ihsan.
Sementara itu, Koordinator Persaudaraan Korban NAPZA Bogor, Bonny Sofianto mengajak semua lembaga, komunitas dan penggiat penanggulangan HIV di Kota Bogor untuk membuat Forum LSM Kota Bogor. Jadi, penanggulangan HIV antarlembaga bisa sinergis.
“Dengan adanya discussion board tersebut dapat lebih meningkatkan peran-peran lembaga serta terciptanya sinergis antar lembaga dan komunitas di dalam semangat penanggulangan HIV di Kota Bogor,” tutur Bonny.
Pada Februari 2019, Iwan menyebutkan ada 80 anak di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor terpapar virus HIV. Setengah dari jumlah anak tersebut sudah mendapatkan kontrol rutin dan mendapatkan pendampingan. Iwan mengatakan, anak-anak yang terpapar virus HIV-AIDS mayoritas tertular dari air susu ibu yang menderita HIV-AIDS.(Leo Wisnu Susapto)