Menurut dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik mengatakan bahwa kasus semacam ini memang belum ditemukan di Indonesia. Namun, bukan berarti tidak ada.
“Laporan di sini kami belum tangkap, mungkin belum sampai saja (laporannya)” kata Feni yang juga tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) padaSuccessfully being Liputan6.comdi Jakarta pada Jumat (6/9/2019).
Mengingat ada risiko di balik penggunaanvape, Feni menyarankan masyarakat tidak menggunakan rokok elektrik sebagai cara alternatif untuk berhenti merokok.
“Klaimvapinglebih sehat itu jelas menyesatkan,” kata Feni menegaskan.
Di AS, 200 Anak Muda Masuk RS Terkait Vape
Seperti telahSuccessfully being Liputan6beritakan sebelumnya, hampir semua pasien memiliki gejala yang sama di antaranya batuk, sesak napas, kelelahan, serta beberapa kasus muntah dan diare. Kondisi itu membuat para pasien harus dirawat dengan bantuan ventilator.
“Kalau dilihat dari segi kesehatan berarti ada sesuatu dari rokok elektrik, entah apapun isinya, berbahaya,” kata dokter yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta ini.
Dia menambahkan, dikarenakan belum adanya wewenang pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk rokok elektrik, kandungan yang tertera belum bisa dipastikan kebenarannya.