Dilansir dari Scientific News On the present time, Selasa (12/11/2019), sebuah studi oleh para peneliti dari College of Guelph, Kanada, menunjukkan bahwa senyawa yang hanya bisa ditemukan dalam alpukat, dapat mencegah ciri khas diabetes tipe 2, menurut hasil percobaan yang diterapkan pada tikus.
Tim juga menguji keamanan senyawa ini pada manusia. Ringkasan hasil temuan itu diterbitkan pada jurnal Molecular Food regimen & Meals Research.
Diketahui, diabetes tipe 2 mencegah tubuh agar tidak berhasil memproses glukosa atau gula dalam darah. Pada orang tanpa diabetes, proses ini terjadi dengan bantuan hormon pankreas insulin. Pada orang yang menderita diabetes, tubuh tidak menghasilkan cukup hormon, atau tidak dapat menggunakannya secara efektif.
Kedua jenis diabetes dapat menyebabkan terlalu banyak glukosa untuk tetap berada dalam darah, keadaan tidak sehat yang jika tidak dikelola dapat menyebabkan berbagai masalah serius, termasuk penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal atau saraf.
Penelitian Universitas Guelph, yang dipimpinaccomplice professordi sekolah tersebut, Paul Spagnuolo mengamati resistensi insulin secara khusus.
Resistensi insulin, kata penulis penelitian, terjadi ketika mitokondria dalam sel tidak dapat membakar asam lemak melalui oksidasi yang cukup. Pada diabetes, oksidasi itu tidak lengkap.
Adapun senyawa dalam alpukat yang dimaksud adalah molekul lemak yang disebut avocatin B, atau AvoB.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti memberi makan tikus weight loss program tinggi lemak selama 8 minggu untuk meningkatkan obesitas dan resistensi insulin. Kemudian, tim menambahkan AvoB ke dalam weight loss program setengah tikus selama 5 minggu ke selanjutnya.
Pada akhir minggu ke-13, tikus-tikus yang telah mencerna AvoB mengalami kenaikan berat badan lebih lambat daripada rekan-rekan mereka, dan sensitivitas insulin mereka telah meningkat.
Para peneliti menyimpulkan bahwa AvoB bekerja melawan oksidasi asam lemak mitokondria yang tidak lengkap di otot rangka dan pankreas, memastikan oksidasi lengkap lemak, dan dengan demikian mengarah pada peningkatan toleransi dan pemanfaatan glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin tikus.
Dalam studi klinis terpisah, para peneliti menyelidiki efek dari suplemen AvoB ditambah dengan weight loss program rata-rata selama 60 hari pada tubuh manusia.
Dosisnya adalah 50 mg atau 200 mg. Pada akhir percobaan, para peneliti menemukan bahwa para peserta telah menoleransi senyawa dengan baik. Tim tidak menemukan efek negatif pada hati, otot, atau ginjal dan tidak ada indikasi toksisitas tergantung dosis.
Ada juga beberapa penurunan berat badan di antara peserta, meskipun penulis penelitian menganggapnya tidak signifikan secara statistik.
Spagnuolo dan tim sedang merancang uji klinis untuk menilai efektivitas AvoB pada manusia. Mereka telah menerima izin dari otoritas kesehatan Kanada untuk menjual AvoB dalam bentuk bubuk dan pil, yang mungkin akan mulai diedarkan pada tahun depan.
Sayangnya bagi para pecinta alpukat yang tidak banyak bergerak, Spagnuolo memperingatkan bahwa hanya makan alpukat tidak akan memberikan cukup AVoB bagi seseorang untuk mendapatkan manfaat potensial.
Jumlah senyawa bervariasi dari buah ke buah, dan saat ini masih belum jelas persis bagaimana tubuh mengekstraknya dari alpukat.
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :
kesehatan