Setidaknya ada empat penyakit yang cukup akrab dengan wanita, namun sering tidak disadari. Padahal penyakit ini dapat membahayakan dan mengancam jiwa. Empat penyakit tersebut adalah:
1. Penyakit jantung
Menurut The American Coronary heart Association, faktor risiko penyakit jantung antara lain meningkatnya usia, meningkatkan kadar kolesterol, merokok, tekanan darah tinggi, kurang aktivitas fisik, obesitas, dan penyakit diabetes melitus. Meskipun bisa menyerang semua orang, namun menurut sebuah knowledge, 29 persen kematian wanita disebabkan oleh penyakit jantung. Penyakit jantung pada wanita seringkali tidak disadari lantaran gejalanya berbeda dengan serangan jantung pada pria. Umumnya, wanita penderita penyakit jantung tidak mengalami nyeri dada.
2. Kanker payudara
Kewaspadaan perempuan akan penyakit ini terkadang masih rendah. Akibatnya, seringkali mereka pergi ke dokter dengan keadaan kanker payudara pada stadium lanjut. Beberapa faktor risiko kanker payudara antara lain meningkatnya usia, genetik, riwayat keluarga, tidak memiliki anak, mengonsumsi alkohol berlebihan, dan obesitas.
3. Osteoporosis
Osteoporosis umumnya menyerang wanita lansia. Hal tersebut akibat menurunnya kadar hormon esterogen. Sebetulnya hal ini bisa dihindari sejak dini. Tubuh kita kokoh ditopang oleh sebagian besar tulang sampai usia 30 tahun. Ketika tulang mulai berhenti terbentuk, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga tulang yang lama. Bila tulang rusak, tubuh akan memperbaiki tulang tersebut selama persediaan bahan pembentuknya tersedia, yaitu kalsium. Itulah sebabnya, konsumsi makanan dan minuman sumber kalsium akan membantu kesehatan tulang di masa tua dan menghindarkan osteoporosis.
4. Depresi
Sebuah penelitian membuktikan bahwa depresi lebih sering menyerang kaum wanita dibandingkan kaum pria. The National Institute of Psychological Neatly being melaporkan, kurang lebih 12 juta wanita terdeteksi depresi setiap tahunnya. Keadaan depresi pada perempuan ini umumnya disebabkan oleh perubahan hormon yang dialami setelah melahirkan atau saat menuju menopause.
Article By Rianti Fajar